Terlahir dengan Modal untuk Bangga
Tiga hari menuju perayaan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-63. Bagaimana perasaan Anda? Anda bangga? Ataukah biasa saja? Atau malah malu melihat perayaan kemerdekaan kita diwarnai oleh berbagai kasus korupsi di pemerintahan yang mencuat ke permukaan? Tidak tanggung-tanggung, dari Sabang sampai Merauke, sudah ketahuan berbagai kasus korupsi di berbagai perangkat pemerintahan. Dengan keadaan menyedihkan seperti itu, habiskah alasan kita untuk berbangga akan negara kita?
Saya tertarik untuk berkomentar tentang hasil sebuah survei yang dilakukan oleh Bambang Setiawan/Litbang Kompas yang terdapat dalam Harian Umum Kompas tanggal 10 Agustus. Survei tersebut ditampilkan pada halaman 15 di bagian pojok kanan bawah, untuk lebih tepatnya. Hasil survei tersebut cukup untuk membuat kita semua berpikir.
“Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, apa keburukan Indonesia yang paling membuat Anda merasa malu?”
48% menjawab korupsi dan 10% menjawab kemiskinan serta masalah sosial. Beberapa jawaban lainnya adalah buruknya perekonomian (8,1%), integritas moral seperti malas dan tidak disiplin (6,5%), perilaku elite yang buruk (5,4%), masalah keamanan (4,6%), penegakan hukum yang lemah (3,6%), lain-lain (9,6%), tidak ada (2,5%), dan tidak tahu (1,7%).
“Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, apa keunggulan Indonesia yang paling Anda banggakan?”
29,3% menjawab keragaman etnis, budaya, dan seni sedangkan 27,3% lainnya menjawab kekayaan alam (SDA). Beberapa jawaban lainnya ialah keramahtamahan (3,9%), pariwisata (3,5%), lain-lain (22,4%), tidak ada (7,6%), dan tidak tahu (6,0%).
Berbekal hasil survei tersebut, apakah salah apabila saya menganggap bahwa kita semua terlahir dengan modal yang cukup besar untuk berbangga akan negara kita ini? Bayangkan saja: keragaman etnis, budaya, dan seni. Kita menyadari keberadaan hal tersebut di sekitar kita dan kita pun berbangga karena keberadaannya. Tak perlu berkeringat, tak perlu berpeluh darah, kebanggaan itu telah ada sejak nenek moyang kita. Terlepas dari kita mau berbangga atau tidak, poin kebanggaan itu akan tetap melekat di diri kita sekalipun kita berleha-leha dan bermalas-malasan di kasur setiap hari. Terang saja: keragaman etnis, budaya, dan seni. Ribuan pulau, ratusan suku, dua ratus dua puluh juta penduduk, enam agama, dan lain sebagainya. Katakan saja: sudah bawaan lahir.
Kemudian terlintas beberapa pertanyaan dalam pikiran saya:
“Mengapa kita harus mencoreng kebanggaan turun-temurun yang tak perlu susah-susah kita raih dengan tindakan-tindakan tercela kita?”
Bukankah seharusnya kita memupuk dan memelihara kebanggaan yang sudah kita miliki kemudian terus berusaha menjadi negara yang lebih baik lagi sehingga kita bisa semakin berbangga atas negara kita? Mengapa kita memilih untuk mencoreng kebanggaan yang sudah kita punya – gratis pula – dan malah menutupinya dengan tindakan tercela kita? Korupsi, misalnya.
Apakah manusia Indonesia memiliki sifat koruptor dan diturunkan secara genetik? Apakah manusia Indonesia memang terlahir untuk memiliki tingkat integritas moral yang rendah?
Saya yakin kita semua tahu apa jawaban yang benar. Saya juga yakin kita semua tahu apa yang harus kita lakukan.
Percayalah, tak akan pernah habis alasan bagi kita untuk berbangga akan negeri kita ini. Modal kebanggaan itu sudah melekat dalam diri kita masing-masing; sekali lagi, sudah bawaan lahir. Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapi kebanggan tersebut dan memutuskan apakah kita rela mencoreng-coreng kebanggaan itu dengan segala tindakan tercela kita. Semoga di masa depan kita tak akan pernah (lagi) berbangga karena keanekaragaman kita sambil pada saat yang sama menutup muka kita karena malu akan kebobrokan kita sendiri. Jangan sampai Soekarno-Hatta dan semua pahlawan-pahlawan kita ikut menutup muka mereka (lagi), entah di manapun mereka berada.
Dirgahayu Indonesiaku.
Ilustrasi diambil dari sini.
Pingback: 10 Cara Efisien Untuk Membuat Brand/Merek Pada Blog : Indonesian Blogger’s Lifehack()
Pingback: Berapa Indonesian Quetionent Kamu? | Salatigapress()
Pingback: Ketahuilah Kelebihanmu! | WWA Magazine()
Pingback: Berapa Angka Indonesian Quetionent Kamu? | WWA Magazine()