Cinta Lingkungan Salah Kaprah

Stop global warming.
Say NO to plastic bags.
Save our rainforest.
Save the ozone layer.

Jargon dan tagline seperti demikian pastinya sudah sering Anda dengar akhir-akhir ini. Isu pemanasan global dan beberapa isu lingkungan lainnya semakin semarak di berbagai media dan secara umum menimbulkan respon positif dari masyarakat. Sebagian besar masyarakat awam mulai mendapatkan pengertian yang lebih baik mengenai lingkungan, polusi, emisi, serta dampaknya yang berkelanjutan terhadap kehidupan manusia keseluruhan. Ada beberapa fenomena menarik yang terjadi berkaitan dengan booming isu-isu lingkungan ini; sebagian dari antaranya skeptik, unik, bahkan memalukan.

Cinta lingkungan jadi trend gaul anak muda.

To be honest, kampanye cinta lingkungan memang suatu hal yang baik dan benar-benar terpuji. Kampanye tersebut kerap dikemas menjadi kampanye anak gaul sehingga membangun persepsi anak muda yang kira-kira disimpulkan dengan kalimat:

“Lo keren karena lo cinta lingkungan.”.

Pastinya dunia ini akan menjadi lebih baik apabila dihuni oleh manusia-manusia yang peduli akan lingkungan. Tetapi, entah mengapa, sepertinya banyak orang/pihak yang sengaja mengejar image ‘cinta lingkungan’ semata-mata hanya untuk terlihat keren, gaul, dan up-to-date. Saya agak tergelitik ketika melihat anak-anak ABG berjalan menyusuri mall-mall mengenakan baju distro yang menyuarakan kampanye cinta lingkungan. Sebagian dari diri saya berpikir positif dan merasa tergugah atas pesan mulia yang mereka sampaikan tapi entah mengapa pikiran skeptis saya menganggap mereka sebagai korban iklan dan melakukannya hanya atas dasar ikut-ikutan agar terlihat keren.

Saat ini, isu lingkungan menjadi front-page dan headline berbagai media termasuk majalah anak muda. Singkatnya, ‘cinta lingkungan’ menjadi ‘trend‘ anak muda jaman sekarang. Sejarah membuktikan bahwa isu panas selalu berganti-ganti dan selalu naik-turun; itu berlaku untuk fashion, gossip, marketing, sains, teknologi, bahkan politik. Katakanlah dalam 3 tahun ke depan, ‘cinta lingkungan’ tidak lagi menjadi trend gaul anak muda, apakah Anda tetap mencintai lingkungan? Saya yakin Anda akan menjawab ‘ya’ dengan lantang; saya hanya ingin Anda mengingat jawaban itu untuk 3 tahun, 5 tahun, bahkan 50 tahun ke depan.

Global warming dengan teorinya yang cukup ‘unik’.

Anda tidak tahu global warming? Berarti Anda ketinggalan zaman. Terminologi ‘global warming‘ dan kroco-kroconya dapat dikategorikan sebagai frasa populer tahun ini. Bahkan ‘carbon neutral‘ - sebuah terminologi yang menjelaskan efek emisi karbon overall terhadap perubahan iklim - dinobatkan menjadi Oxford Word of the Year. Saking populernya topik tersebut, sebuah band indie menamakan dirinya ‘Efek Rumah Kaca‘.

Berikut ini potongan lirik salah satu lagu mereka yang kebetulan juga berjudul ‘Efek Rumah Kaca‘:
Tipis ozon berlubang
Debu kosmik hujan asam
Matahari tiada tirai
Bakal bunga tak mekar

Kita akan terbakar…
Diwariskan untuk anak dan cucu kita

Saya tidak bermaksud menyalahkan atau membenarkan keterhubungan istilah-istilah lingkungan yang terdapat dalam lirik tersebut. Atau membahas validitas hubungan sebab-akibat yang seharusnya tergambarkan secara benar antara lirik dan judul lagunya. Dalam lirik lagu, musik, dan seni, semuanya bisa dianggap sah-sah saja. Band tersebut bahkan cukup unik dalam setiap liriknya yang miring dan merupakan bentuk kritisi isu publik yang sedang terjadi seperti isu politik, lingkungan, dan bahkan kaum homoseksual. Namun, hal yang saya ingin garis bawahi ialah, seiring dengan populernya terminologi-terminologi lingkungan di masyarakat, perbedaan mendasar di antara masing-masing terminologi tersebut semakin blur dan bahkan muncul teori-teori aneh yang lebih cocok untuk dikategorikan sebagai gosip.

A: Global warming tuh apa sih?
B: Hmm.. jadi, ozon itu berlubang karena tingginya polusi industri, lalu karena ozon berlubang sinar matahari semakin banyak yang menembus ozon sehingga bumi memanas.. lalu turunlah hujan asam. Nah global warming deh..

Bahkan saya memiliki kutipan yang jauh lebih menarik:
A: Efek rumah kaca tuh apa ya??
B: Jadi di kota-kota besar kan semakin banyak gedung pencakar langit, nah pada umumnya mereka memiliki dinding luar yang terbuat dari kaca. Gedung-gedung itu dibangun sedemikian berdekatannya sehingga panas matahari saling terpantul dari satu gedung ke gedung lainnya. Akhirnya temperatur bumi meningkat karena peristiwa itu. Itulah efek rumah kaca.

Saya merasa shock penuh dilema; saya bingung saya harus terharu atau tertawa. Kedua kutipan tersebut diambil dari dua blog berbeda yang keduanya memasang banner bertemakan ‘cinta lingkungan’ di sidebar-nya.

Saya bukannya merasa sok-pintar, tapi apakah sebegitu butanya kampanye ‘cinta lingkungan’? Apa memang ternyata pandangan saya benar bahwa banyak orang yang ikut serta mendukung kampanye ‘cinta lingkungan’ atas dasar ikut-ikutan dan sayangnya tanpa pengertian yang memadai? Saya berharap mereka hanya sekedar kekurangan informasi yang tepat. Semoga mereka semua memang tulus ingin menjadikan bumi ini lebih baik.

Kampanye anti-plastik yang terkesan agak skeptis.

Anda pernah mendengar event Anti Plastic Bag Campaign? Sebuah event yang mempopulerkan informasi tentang plastik sebagai produk kimia yang membutuhkan yang sangat lama untuk terdegradasi oleh alam sehingga apabila dikaitkan laju produksi plastik seperti sekarang ini, sudah dapat dipastikan limbah plastik akan menggunung di pembuangan akhir. Jonas, sebuah studio foto terkemuka di Bandung, mulai mempopulerkan kantong yang terbuat dari kertas sebagai pengganti kantong plastik untuk mendukung kampanye global mengenai isu lingkungan. Bahkan majalah Gogirl milik pacar dijual tanpa pelindung plastik dengan alasan majalah tersebut mendukung kampanye ‘cinta lingkungan’ walaupun tiap halaman dalam majalah tersebut terbuat dari kertas yang juga mengandung plastik.

Pertanyaan mendasar yang harus dipikirkan ialah:
“Apakah kita bisa hidup bebas dari plastik?”
Kertas majalah, casing handphone, botol Mizone, keyboard laptop, kemasan eu de toilette Benetton, piring adek bayi, pipa paralon, dashboard mobil, celana olahraga, jaket polyester, debit card Visa Mandiri, member card Blitz Megaplex, bahkan bagian casing plasma TV dan home theater system.
“Lo mo balik ke jaman batu?”

Anti plastic bag campaign, kampanye kantong kertas, dan pengurangan penggunaan plastik pada dasarnya merupakan cara yang baik. Tapi, jangan pernah lupakan kampanye ‘buanglah sampah di tempat sampah’, kampanye pemilahan sampah, kampanye daur ulang, dan kampanye positif lainnya yang lebih terbuka terhadap fakta yang sebenarnya ada.

Bottomline.

Dari pagi hingga malam hari dalam siklus kehidupan kita, kita sudah menyebabkan sedemikian besar kerusakan lingkungan: listrik rumah kita yang disuplai dari pembangkit listrik yang berbahan bakar batubara/gas alam yang tentunya mengemisikan CO2, kertas-kertas yang kita pakai yang mengurangi jumlah pohon di dunia sehingga siklus fotosintesis terganggu, produk-produk teknologi di sekitar kita yang banyak dibuat dari material kimia yang tidak bio-degradable, emisi karbon dan polutan lainnya yang keluar dari mobil pribadi kita, penggunaan deterjen dan keberadaan limbah perumahan yang mencemari air tanah, dan banyak lagi aktivitas sehari-hari yang merusak lingkungan tanpa kita sadari. Solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut ialah beraktivitas dengan penuh kesadaran yang tepat serta bertindak bijak dan bertanggungjawab.

Lingkungan adalah tempat yang harus selalu kita jaga dan hargai, sekalipun itu sedang menjadi trend ataupun tidak. Lakukanlah itu dengan tulus dan bukan untuk hanya sekedar meningkatkan image atau untuk motivasi pribadi Anda. Bila Anda tulus mencintai lingkungan, jadilah duta lingkungan yang cerdas dan ‘berisi’. Tidak mungkin Anda menjadi duta lingkungan bila Anda sendiri tidak mengerti benar apa yang Anda sedang kampanyekan. Sadarilah ketergantungan kita akan teknologi dan carilah solusi implementatif yang terbuka terhadap fakta dan tidak hanya sekedar menyelesaikan masalah A namun menciptakan masalah B.

Untuk bumi yang kucinta.

  • membudidayakan kecintaan terhadap lingkungan memang di haruskan sejak dini apa lagi dijadikan kurikulum dalam pendidikan sekolah saya setuju…ngomong 2 kenjungi blog saya sebagai wujud kepedulian saya terhadap bumi dan berikan komentarnya….. saya tunggu
    teknisikomputer.blog.telkomspeedy.com

  • rita

    iya bener banget banyak yg seperti kamu tulis,..
    sebagai relawan lingkungan, sedari saya masi cantik n imut2, ampe saya keriput..persoalan sampah numpuk gak nemu solusinya, padahal udah didatengin mesin canggih dari nagari sebrang yg harganya selangit, plastik makin trendy, daun pandan lenyap, tiker pandan cuma dipake buat bungkus ‘mayit’, orang ogah nanem pu’un pisang, mending nanem pu’un beton..

    menurut saya sih, jurus kunci mengelola lingkungan yang hayati adalah ‘manusianya’…teknologi n kampanye sekedar alat. gak perlu nunggu isu global warming…kalo emang care n care ama keragaman hayati,pasti gak gundul hutan kita, gak menciut laut kita n gak mapet sungai kita…..

    sejatinya relawan, basi or not isu lingkungan, saya tetap eksis…berkibar tanpa bendera, dan doa tak terputus smoga tumbuh lagi generasi muda yg tanpa pamrih cinta dg lingkungan hayati,,.

    untuk bumi yg selalu indah..

  • itu jelas mikirin resource economic lah.. itu kan pertanyaan yang gak ada jawabannya.. jawaban akhirnya tuh gak bisa dibilang dua-duanya.. karena perlu banyak aspek yang diliat untuk menentukan itu.. ya karena seperti yang Anda bilang bahwa ada harga yang harus dibayar demi mendapatkan sesuatu.. technology, social, environmental, semuanya.

    tujuan artikel ini sbrnya cuman mau nyentil orang2 yang cinta lingkungan tapi buta dan orang-orang yang kebawa trend cinta lingkungan tapi malah bikin segalanya jadi semrawut. gitu. mau ngebahas environmental affairs pake aspek teknologi, sosial, dan lain-lain? hmm.. that would be very interesting…

    :grin:

  • X

    iyah, pake inisial enak, kan gak narsis jadinya :p .
    “mau pilih mana? lingkungan rusak sedikit tapi seluruh dunia bisa makan atau lingkungan benar-benar dijaga tapi seluruh dunia gak bisa makan??”

    balance. balance. balance.

    komen:
    itu dosennya doesn’t resource economic bukan?
    in resource economic you are actually studying about environmental cost yang di trade off sama social cost, find a point for corporate to pay abatement cost in polution economic misalnya. it’s a very interesting subject. you should try to get that course sometimes. kepake banget u membantu memahami current environmental affairs more than just kulitnya supaya gak salah kaprah like u said!

    cheers,
    The Initial(s) :D

    btw salam kenal, i like discussion yang santai but rather scientific like this. write more like this dong…

  • yup, sayoppe. bener bgt. gak mungkin bgt kita hidup tanpa plastik. itu bener2 hal buta. cinta lingkungan tapi buta. kalo dianalogikan dengan negara bs dibilang chauvinis kali ya.. atau mungkin fanatis dalam hal agama. hehe.. kertas vs plastik vs kain? wah menurut gua, apapun itu, semuanya itu ada limbahnya.. dan kita gak bisa hidup tanpa ketiganya.. yang penting balance dan terkontrol aja.. hehe..

    benar sekali, cewektulen. proporsional itu yang penting. seperti yang gua bilang, yang penting tuh balance. hehe..

    and, X. do you always use initials? :D
    iya sih kalo udah berhubungan dengan masyarakat, opini publik, dan image, segalanya tuh jadi susah. dan gua bukannya nyuruh orang buat tidak cinta lingkungan lho. tapi gua lebih prefer segalanya tuh balance. dan about Al Gore, gua prefer untuk ngambil pesan positif filmnya aja. ya berhubung gua lagi ngomongin lingkungan sih.. hahaha.. save the environment, but please do it wisely. hehe..

    jadi inget kata-kata dosen di kuliah:
    “mau pilih mana? lingkungan rusak sedikit tapi seluruh dunia bisa makan atau lingkungan benar-benar dijaga tapi seluruh dunia gak bisa makan??”

    balance. balance. balance.
    :grin:

  • X

    Mike, i agree on some points with u. tapi terus terang gue belum berani untuk terang2an bikin statement kaya lo. salute to you!

    karena, somewhere along the line..
    i am so aware that it’s rather difficult to move the society. so when they- somehow tergerak untuk peduli pada lingkungan, that’s already good.

    pernah baca bukunya Takacs “biodiversity, the philosophy of paradise”..?(kalo gak salah itu judulnya deh)..he was interviewieng 26 environmental scientist, many of them were unsure when they were asked why should we save the environment, what would be the very fundamental idea of saving the biodiversity..ternyata mereka sendiri gak yakin kenapa, tapi yang jelas mereka tahu bahwa utilitarian reasons lebih diminati, sehingga mereka mengkampanyekan save the nature dengan menggunakan such ways.

    for people like you, yang ngerti dan belajar tentang lingkungan, you may argue with all data on the table. but for many who have not enough time to study all of those facts, mungkin kita harus lebih hati2 bicara, no? i mean, misalnya..i always try to hold myself from expressing keheranan gue thdp orang2 yang memuja Al Gore, for the reasons of which i think u’d know (hehe). Because to me, maybe..maybe.., as long as the world is in passion to save the environment, maybe i should just get along?

  • emang musti proporsional kali ya…tapi sebisa mungkin tidak merusak lingkungan dengan hal-hal yang nggak penting, misal buang sampah pada tempatnya. plastik tetep bisa dipake, karena di ina emang masih menggunakan itu, tapi mungkin nggak ada salahnya klo produk itu masih bisa dipake buat isi ulang nggak perlu beli yang baru..

  • sayoppe

    weitz….gue setuju banget ma apa yang lo tulis. gue juga sadar kalo kita ga’ bakal bisa hidup tanpa plastik. yang baik buat lingkungan kan kalo sampah plastik dibuat seenaknya, kalo plastiknya sih ga’ da masalah. lagipula bukannya tas kertas tu lebih ga’ ramah lingkungan? kertas kan dibikin dari pohon. kalo menurutku sih yang lebih baik tu tas kain, kan lebih ramah lingkungan….

  • haha.. artikel gua berat yu? hehehe..

    ada lho yu orang yang emang nyampur-nyampurin tuh semua istilah lingkungan dan saling dihubung-hubungkan. ya kalo ditilik secara ilmiah sih sebenarnya ada juga gas rumah kaca (CFC) yang emang ngerusak ozon jadi bolong. lalu NOx dan SOx juga berpotensi membuat efek rumah kaca kan. tapi umumnya NOx dan SOx udah berubah duluan jadi H2SO4 dan H2NO3 dan turun sebagai hujan asam. jadi kalo mau dihubung-hubungin sih bisa-bisa aja. tapi masalahnya lebih banyak orang yang menghubungkan istilah tersebut dengan teramat, maaf, asal. hehe..

    A: Apakah kamu tahu apa itu global warming?
    B: Ya. pastinya. Global warming itu pemanasan global.

    Hahahaha.. adek gua yang baru les TBI juga tau! hehehe..

    yu, fenomena tukang sampah itu ada di kampus kita lho. amat disayangkan. hehe..

  • Gila bel, artikel lu “berat” banget, hehehe.
    Gw kaget lho denger cerita lu kalo ada orang yang se-gak-ngerti itu tentang efek rumah kaca, yang paling parah yang gw tau paling ngehubungin efek rumah kaca ama ozon bolong, tapi kalo ama hujan asam mah. hehehe, agak2 parah tuh.

    Kayanya selama ini kampanye-kampanye tuh cuma ngemeng “stop global warming!!” tapi mereka sendiri gak ngasi informasi yang jelas tentang apa itu global warming, ATAU yang lebih parah lagi, jangan2 orang yang lagi kampanye pun gatau apa itu global warming, cuma sekedar tau kalo global warming = pemanasan global, hahahaha. ya iyalahh!

    Mengenai plastik, sebenernya kata gw sih boleh2 aja pake plastik asal ntar pas di pembuangannya dipilah2 lagi, biar bisa didaur ulang. abis kalo pake kertas kayanya agak2 males, cepet jebol, gak waterproof, akhirnya malah nambah2 sampah lagi. cuma sayangnya kalo di Indonesia masi susah kali ya milah2 sampah. orang udah dibikinin tempat sampah yang dipilah2, ehh sama si tukang sampah malah disatuin lagi pas ngambil sampahnya.

    :eek:

    ckckck.

  • thanks, nik buat informasi nya. ntar saya tambahin icon buat submit artikel ke infogue.com

    iya, mam. tujuan boleh tulus tapi jangan lupa disertai tingkah laku dan pikiran yang tulus juga. hehe.

    fik, plis deh. apakah gua harus mengumbar fakta bahwa fikri-mahasiswa-teknik-kimia-itb-gak-mungkin-gak-ngerti-efek-rumah-kaca?
    pake bilang “bener gak bel?”. hahaha.

    pertanyaan yang PANTAS gua tanyakan ke elu ialah: “bagaimanakah tinjauan perpindahan kalor yang terjadi secara radiasi dan konveksi dalam fenomena global warming??” atau mungkin “berapakah pajak karbon yang harus dibayar selama 15 tahun operasi PABRIK FURFURAL?” hahaha.. mirip judul rancang pabrik siapa ya. haha..

    iya gak gua jelasin abisnya ntar takut dibilang sok ilmiah mentang-mentang anak tekim. hahaha..

    iya fik lo keliatan banget kok gak mau ruginya. hahaha..

  • Jadi kenapa namanya efek rumah kaca kok ga dijelasin?
    kalo ga salah dulu smp pernah dijelasin kenapa namanya efek rumah kaca. karena gas2 CO2,CH4 dll memerangkap panas tetap dibumi tidak diteruskan ke luar angkasa jadi bumi akan terus menghangat persis efeknya kayak rumah kaca yang biasanya untuk bercocok tanam pada saat winter. bener ga bel?

    win, kalo gw ga belanja pake tas plastik lagi. gw lebih memilih naro di tas gw ajah.kenapa?? karena harga plastik bagnya 20 sen!! hahaha ga mau rugi. mungkin dah saatnya di indo plastik bag di hargai. ga gratis lagih!!

  • anjrit keren banget tulisan lu bel. gw stuju ama lu. hehe daripada kyk al gore munafik teriak2 stop global warming tapi pergi kampanyenya pake pesawat jet pribadi.

  • nik

    Artikel di blog Anda sangat menarik dan berguna sekali. Anda bisa lebih mempopulerkannya lagi di infoGue.com dan promosikan Artikel Anda menjadi topik yang terbaik bagi semua pembaca di seluruh Indonesia. Telah tersedia plugin / widget kirim artikel & vote yang ter-integrasi dengan instalasi mudah & singkat. Salam Blogger!

    http://infogue.com
    http://infogue.com/pengetahuan_umum/cinta_lingkungan_salah_kaprah/

  • Hahaha.. thanks yuk! :grin:

    mungkin itu karena efek EYD yang gua gunakan. Dua tulisan terakhir gua relatif menggunakan EYD lho.. hahaha.. atau efek desain baru kali.. hehe.. (*ga nyambung ya? hehe..)

    iya gua juga liat banyak orang mulai dari orang pada umumnya bahkan hingga artis-artis yang sering banget berkoar tentang cinta lingkungan. bagus sih, cuman disayangkan aja kalo itu semua cuman sekedar mengikuti trend.

    soal plastic bag, itu emang salah satu cara yang baik untuk mengurangi polusi padat; asal dilengkapi dengan pemahaman yang cukup aja. jangan anti plastik membabi-buta.. ntar jadi tolol.. hehe..

    nah.. ternyata banyak kan orang yang punya teori Efek Rumah Kaca ala gedung-gedung bertingkat! hahahaha.. :lol: :lol:

    iya tuh band emang bagus kok.. liriknya bagus-bagus.. tapi cuman buat lagu yang satu itu aja gua agak geli.. maklum.. mungkin efek ucapan dosen saat kuliah.. hehe.. seandainya saja judul lagunya bukan ‘efek rumah kaca’.. hmm.. ‘kiamat dunia’ misalnya.. hehe..

    anyway, thanks a lot.
    :cool: :cool:

  • Fantastis, brilian.
    Artikel2 loe selama ini menarik bel, tapi yang ini bener2 dahsyat. :grin:
    Gw kebetulan sering mikir hal yang sama, itu orang2 sok2 cinta lingkungan ikutan trend atau bener cinta? Terminologi global warming dan teman2nya itu buat gw sih sama sekali bukan barang baru, pengenalan dini akan situasi sekitar gw, termasuk perusakan alam, yang diberikan ortu sejak dini cukup membuat gw awas akan hal ini, bukan seperti (maaf beribu maaf) orang2 yang hanya karena isu hijau sedang ngetrend sok2 kampanye cinta lingkungan.

    Gw setuju mereka gak bisa disalahkan juga, toh dengan atribut cinta lingkungan yang mereka kenakan ada kemungkinan mereka bisa menarik orang lain untuk ikut peduli lingkungan. Ini hanya masalah motivasi gw rasa, loe mau keren makanya ngaku2 cinta lingkungan atau loe bener peduli ama lingkungan. Gak hanya dari atribut yang mereka pakai saja, ada pula (saya kenal) orang2 tertentu yang belagak nanem pohon2 kecil trus minta dipoto buat dipublikasiin di internet, supaya orang mengira dia peduli lingkungan. Pathetic. Time will tell, yang cuma ikut2an trend ntar lagi juga lupa.

    Soal plastic bag, gw mungkin salah satu yang paling berdosa, setiap kali belanja ke supermarket gw selalu minta plastic bag, entah kenapa, gak enak aja rasanya menuh2in tas, lagian ampe rumah bisa jadi alas tempat sampah biar sampah basah gak lengket di tempat sampahnya. Well, harusnya sih penggunaan kantung kertas lebih digalangkan. Supermarket deket flat gw di sini lucu juga, hari-hari tertentu gak ada plastic bag , adanya cuma kantung kertas, hari lainnya plastic bag doang.

    Soal kutipan loe yang:
    “Jadi di kota-kota besar kan semakin banyak gedung pencakar langit, nah pada umumnya mereka memiliki dinding luar yang terbuat dari kaca. Gedung-gedung itu dibangun sedemikian berdekatannya sehingga panas matahari saling terpantul dari satu gedung ke gedung lainnya. Akhirnya temperatur bumi meningkat karena peristiwa itu. Itulah efek rumah kaca.”

    Gw punya temen di sini, waktu itu dia lagi berteori soal global warming, pendapat dia sebelas dua belas lah sama orang yang loe kutip ini, dia bilang (dengan gaya penuh percaya diri) sekarang orang suka melihara tanamannya di rumah kaca, makin banyak pecinta tanaman bikin rumah kaca, cahaya matahari mantul2, nah tambah panas deh bumi. :lol:

    OOT dikit, soal band Efek Rumah Kaca, entah apapun motivasi mereka memilih nama itu, gw suka musik mereka. :grin:

    Maaf kalo ada yang tersinggung. :lol:
    Sekali lagi, salut.